Entah seberapa erat hubungan antara keduanya, saya hanya bisa
menerjemahkan dalam berbagai penganalogian. Diawali dari
kata ‘pesimis’ , mungkin kata ‘itu’ sudah tak asing lagi bagi kita,
khususnya bagi para pelajar yang sedang mempertaruhkan kepandaian mereka
demi nilai yang mereka targetkan. Contoh kecilnya saat mereka akan
ulangan harian namun mereka tidak belajar,mereka akan melontarkan
kalimat ‘’beluuum siap beluuum belajar” nah dari kalimat itu mengandung
makna pesimis, bahwa mereka tidak berusaha dan takut kalah sebelum
berperang,akhirnya kalimat tadi menjadi sugesti untuk diri mereka
sendiri bahwa mereka tidak bisa mengerjakan. Tak heran jika hasilnya pun
juga akan mengecewakan dan semakin membuat mereka menjadi ‘pesimis’.
Setelah satu kali merasa pesimis pasti akan merasa pesimis yang
berkelanjutan pula.jadi apa itu pesimis ? menurut saya pesimis itu rasa
keputusasaan sebelum berjuang karena kurangnya usaha yang maksimal, atau
bisa dikataakan perasaan takut untuk menghadapi kenyataan pahit.
Berbeda dengan realistis , realistis itu menerima keadaan,meyakini kalo
memang seperti itu keadaanya,percaya kalau memang itu jalan terbaik dari
Allah tentang takdirnya.realistis itu berawal dari rasa optimis dan
perjuanagan panjang namun berujung kegagalan dan kekecewaan karena
keadaan,namun tidak menyalahkan keadaan dan berpikir bahwa keadaan itu
adalah suatu takdir dari Yang Maha Kuasa. Realistis itu tahu diri,tahu situasi dan tahu kondisi.
Ketika memang sangat tidak mungkin untuk diteruskan orang yang
realistis akan berhenti dan menjalani apa yang sudah ditakdirkan. Memang
terkadang orang yang realistis itu terlihat seperti orang yang pesimis
padahal sebenarnya dia mempertimbangkan keadaan,dia terlihat putus asa
padahal sebenarnya dia melihat kenyataan,dia berhenti bukan karena
menyerah namun menyadari bahwa itu bukan jalannya.orang yag realistis
itu bukan ingin melepaskan impiannya namun menahan egonya.
Lalu hubungan antara realistis dan pesimis itu sendiri seperti apa?
Begini,realistis dan pesimis itu sama-sama mengalami kekecewaan atau
keputusasaan namun jika pesimis itu adalah rasa putus asa dalam arti
menyerah dan merasa disudutkan oleh keadaan dan kenyataan pahit,berbeda
dengan realistis, realistis itu perasaan kecewa namun kecewanya itu
bukan bermaksud untuk menghakimi diri sendiri atau menyalahkan orang
lain melainkan menyadari adanya kenyataan yang telah ditakdirkan. Kita
ambil contoh ketika seorang pelajar yang baru saja lulus SMA dan ingin
melanjutkan ke bangku perkuliahan kita sebut pelajar tersebut si B. Dia
ingin menjadi pelukis namun orang tua nya tidak menyetujui jika dia
menjadi pelukis dan mengharuskan si B tadi untuk menjadi arsitek. Si B
tetap berjuang untuk mengejar cita-citanya menjadi pelukis dengan
berbagai cara, salah satunya dengan membujuk orang tuanya agar
mengijinkan si B untuk sekolah melukis,tak jarang si B tadi brontak dan
mencoba melarikan diri untuk sekolah melukis,namun pada akhirnya dia
putus asa untuk menjadi seorang pelukis karena disisi lain si B
menyadari bahwa dia tidak bisa menggapai cita-citanya tanpa izin dari
kedua orang tuanya dan dia mencoba untuk bersekolah di jurusan arsitek
sesuai kemauan orang tuanya.apakah tindakan si B tersebut termasuk
tindakan yang realistis?rancu memang, sangat tipis perbedaan apakah si B
tadi ‘pesimis’ atau ‘realistis’ karena kelihatannya dia sudah pesimis
untuk menjadi seorang pelukis, dia sudah putus asa namun disini si B
melepaskan impiannya dan menahan egonya karena kenyataan, kenyataan yang
menyebutkan bahwa dia ditakdirkan bukan menjadi seorang pelukis karena
keluarga yang tidak mendukungnya.
Contoh lain misalnya si A yang punya impian untuk menjadi dosen
fisika, namun pada kenyataannya si A belum begitu menguasai materi
fisika, si A sudah mencoba untuk memperdalam ilmu fisika namun belum
maksimal dan sampai sekarang pun si A masih belum mahir dalam ilmu
fiska,karena fisika itu butuh logika sedangkan daya logika si A
kurang,ketika si A berada pada keadaan seperti itu,terlalu ambigu
memang, apakah si A harus melanjutkan apa yang saya impikan atau memilih
yang lain yang sesuai dengan kemampuan saya ? apakah si A termasuk yang
‘pesimis’ atau yang ‘realistis’? entahlah.
Antara pesimis dan realistis jika dilihat dari teori memang terlihat
jelas berbeda namun jika sudah dihadapkan pada kenyataan hidup, pesimis
dan realistis akan terlihat ambigu dan terlihat sangat tipis
perbedaanya. Realistis akan terlihat pesimis begitu pula sebaliknya.
Rabu, 22 Januari 2014
Menjadi Berbeda Ketika yang Lain Tak Sama
o
Menjadi
berbeda ketika harus berusaha | sementara yang lain asik bercanda
o
Menjadi
berbeda ketika shalat dhuha di masjid | sementara yang lain makan di kantin
o
Menjadi
berbeda ketika menangis karena dosa | sementara yang lain menangis karena cinta
o
Menjadi
berbeda ketika berusaha mensyar'ikan jilbab | sementara yang lain asik
berdandan dengan fashion style yang tak beradab
o
Menjadi
berbeda ketika mengikuti kajian | sementara yang lain asik pacaran
o
Menjadi
berbeda ketika meluangkan waktu untuk liqo | sementara yang lain menghabiskan
uang untuk membeli rokok
o
Menjadi
berbeda ketika mengeluarkan uang untuk beramal | sementara yang lain
membelanjakan uang untuk ngemall
o
Menjadi
berbeda ketika menjaga agar shalat tepat waktu | sementara yang lain menunda
karena alasan ini itu
o
Menjadi
berbeda ketika harus menjaga nafsu | sementara yg lain mengumbar nafsu .
o
Menjadi
berbeda ketika harus berusaha menjaga lisan ketika yang lain sibuk menggunjing
tanpa bosan
o
Menjadi
berbeda ketika bekerja jujur saat mengerjakan UAS |
Sementara yang lain dengan santainya
menyontek tanpa merasa berdosa
Menjadi
berbeda ketika yang lain tak sama
Menjadi
berbeda ketika harus membiasakan yang benar bukan membenarkan yg biasa.
Maka dari itu untuk selalu istiqomah berada
di jalan-Nya bukanlah suatu hal yg mudah, butuh perjuangan untuk menapaki
setiap kerikil-kerikil tajam yang menusuk kaki dalam melangkah, atau bahkan
badai besar yang menggoyahkan seluruh tubuh ini sehingga sulit untu terbangun
lagi, atau bisikan-bisikan lembut yang menggiurkan nafsu dan menggelitik hati
yg pelan-pelan meruntuhkan keimanan seseorang. Dan sepertinya aku berada
didalamnya, aku rasa aku juga masih belum bisa untuk selalu istiqomah, masih
sering tergiur nafsu dunia, Astaghfirullahaladzim.Masih sangat jauh dari
mereka-mereka yang jauh lebih semangat untuk mengejar urusan akhirat.
Aku tahu aku salah, aku sering melenceng dari
jalan kebenaran. Jika boleh memilih,aku ingin berada dalam lingkungan yg selalu
menguatkanku dalam keimanan, selalu dalam lingkungan dimana aku bisa selalu
dipertemukan dengan mereka-mereka yang
rajin mengikuti majelis ilmu, aku ingin bersama mereka-mereka yang selalu menjaga
shalat tepat waktu,mereka-mereka yang rajin melakukan shalat dhuha,shalat rawatib,dan
selalu bangun dalam sepertiga malam untuk melakukan qiyamulail, mereka-mereka
yg tak pernah letih untuk terus berusaha menghafal Al-Quran,mereka-mereka yang
berusaha untuk mensyar’ikan hijabnya,menjaga pandangannya,intinya mereka-mereka
yg selalu menyeretku pada pintu kebaikan.Namun itu hanyalah sebatas
keinginan,bila pada realitasnya Allah lebih sering mempertemukan aku dengan
orang-orang yang mungkin bisa dikatakan agak jauh dari sentuhan agama,aku mencoba
untuk tetap bersyukur mungkin itu jadi ujian keimanan seberapa kuat bisa tetap
istiqomah. Terkadang menjadi yang minoritas memang sedikit kurang nyaman,namun
aku ingat pada satu ayat ini “Islam muncul dalam keadaan asing
dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, beruntunglah
orang-orang yang ‘asing’.” (HR Muslim).
Terkadang aku merasa menjadi
sedikit aneh,misalnya bila harus berusaha memanjangkan jilbab,memakai rok dan
kaos kaki ketika di sekitarku mayoritas banyak yang memakai jeans ketat atau
pakaian yang agak nerawang,menerima komentar dari mereka tentang penampilanku
itu cukup jadi bahan renungan buat aku,mungkin inilah orang ‘asing’ itu,justru
inilah identitasku sebagai seorang muslimah yang memang berbeda dari kebanyakan
perempuan lain yang banyak mengumbar aurat mereka,berat memang tapi aku tahu
jika aku berhasil melewati jalan lurus ini,surga hadiahnya.
Memang benar, berbaur tapi tidak melebur. Itu pr besar
untuk aku. Boleh berbaur dengan siapapun namun satu yang dipegang,prinsip tak
boleh lepas dari genggaman. Tak boleh melebur dengan iming-iming dunia semata.
Meskipun melawan arus tak semudah
yang dikata orang karena terbawa arus lebih terasa ‘nyaman’ dan ‘aman’,meskipun
mewarnai kebaikan tak semudah menambahkan garam dalam larutan,karena jika
terkena dengan warna yang dominan,warna yang lain cepat larut didalamnya. Namun aku masih
terus berusaha untuk menguatkan niatku berada dalam jalan yg lurus,jalan menuju
surga-Nya.
Sabtu, 18 Januari 2014
Nunggu Apa Lagi ? Hijab Tanpa Nanti Hijab Tanpa Tapi
Kamu selalu terlihat cantik,namun cantikmu tidak
untuk kau umbar ke semua orang. Kamu akan terlihat lebih cantik dengan
kesederhanaan.
Rambutmu
tidak untuk kau urai kesemua lelaki, kulit putihmu tidak untuk kau perlihatkan.
lekuk tubuhmu seharusnya kau sembunyikan.
Nunggu apa lagi?
Bukankah sudah diperintahkan secara jelas dalam
QS. An-Nur ayat 31
Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan
yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram),
dan memelihara kehormatan mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan
tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya dan hendaklah mereka menutup
belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka dan janganlah mereka
memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa
mereka, atau bapa mentua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak tiri mereka,
atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki,
atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan
Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang
telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum
mengerti lagi tentang aurat perempuan dan janganlah mereka menghentakkan kaki
untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya
kamu berjaya.(QS.An-Nur ayat 31)
lalu
mengapa masih malu?
lalu
mengapa kata "belum siap" itu jadi jawaban yg klise.You can't wait
any longer girls. katanya ingin menjadi wanita sholehah.
Memang
menutup aurat bukan jaminan nggak pernah bebuat dosa, akan tetapi menutup aurat
sudah pasti mengurangi dosa. Minimal telah menggugurkan kewajiban menutup
aurat.
Berjilbab
belum tentu baik imannya,Akan tetapi wanita yang baik iman sudah pasti
berjilbab bukan?
Berjilbab nggak jaminan selalu dekat
dengan Allah,akan tetapi yang pasti ia ingin mendekat kepada Allah
Jangan mencari pembenaran dengan perkataan
"hatinya dulu yang dihijabi" atau "percuma kalo berhijab tapi
kelakuannya masih berantakan" atau yg lebih seringnya "kalo belum
siap ya jangan dulu,butuh proseslah"
Siap tidak siap hijab itu merupakan sebuah
kewajiban bagi semua muslimah tanpa terkecuali. Hijab itu kewajiban bukan kesiapan.
berhijab
sembari menghijabi hati bukankah lebih indah.
Wahai anakku
Fatimah! Adapun.perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga
mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup
rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.(Petikan dari Hadis
Riwayat Bukhari dan Muslim.)
Jangan banyak menunggu,kau tak tahu berapa lama
lagi waktumu.jangan banyak menunda,kewajiban itu bukan untuk ditunda.jangan
banyak tapi,tidak ada alasan lain untuk berhijab meskipun sekolahmu,atau tempat
kerjamu sekalipun orang tuamu melarangmu, dahulukan Allah diatas mereka,jgn
takut kepada mereka takutlah pada Allah. Karena hijab adalah perintah-Nya.
Masihkan berani merindukan surga-Nya sedang aurat saja masih diiumbar.
Nunggu apa
lagi ?
Hijab tanpa nanti, Hijab tanpa tapi sebelum engkau
dihijabi J
Langganan:
Postingan (Atom)