Minggu, 02 Maret 2014

Semangat Berhijrah Semangat Berubah


Dalam bahasa Arab, hijrah bisa diartikan sebagai pindah atau migrasi.Sejak hijrahnya Rasulullah ke Yatsrib yang kemudian dirubah namanya menjadi Al-Madinah yang artinya “kota” atau lebih tenar lagi disebut kota Rasulullah. Inilah satu nilai yang sangat penting kenapa hijrah dijadikan sebagai titik awal terbitnya fajar baru peradaban umat Islam. Maka hijrah dengan demikian selalu membuat perubahan. Hijrah merupakan usaha dan semangat besar manusia yang ingin merubah masyarakat yang beku menjadi manusia yang maju, sempurna dan bersemangat.
Dari kisah hijrahnya Rasululloh ,kita sebagai muslim bisa mengambil hikmah untuk semangat berhijrah,dalam artian merubah sesuatu untuk bisa menjadi yang lebih baik.Merubah cara hidup kita untuk bisa meneladani Rasulullah. Pernahkah sedetik saja terlintas merenungi dosa-dosa apa saja yang telah kita perbuat?
*Pantaskah merindukan surga-Nya bila masih sering  meninggalkan shalat dengan alasan tidak sempat karena sibuk dalam maksiat ? Padahal sudah tertulis jelas dalam (QS. Al-Mudatsir 42-43) yg artinya “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat.”
*Pantaskah menginginkan bertemu dengan-Nya bila aurat saja masih diumbar dengan alasan “belum siap” dan merasa bangga dengan fashion style yang serba ketat ?
Coba tengok ayat ini : Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan jilbab kedadanya..” (QS. An-Nuur:31).
*Pantaskah mengaku Allah sebagai Tuhan-Nya bila masih percaya dengan ramalan-ramalan bintang yang tak jelas yang mengarah kepada kesyirikan?
Jika Facebook dan Twitter saja dibaca ber-ulang ulang kali, sudah kah Al Qur’an dibaca sehari sekali saja?
Lihat diri kita yang lebih takut kehilangan cinta manusia,mengganti cinta Allah dengan maksiat dan nikmat sementara
Sebagai manusia memang tak luput dari salah dan dosa,dari masa lalu yang masih bercampur dengan banyak kemaksiatan dan jauh dari ketaatan. Namun ingat bahwa Allah Maha Pengampun, masih ada waktu yang tersisa untuk kembali berhijrah ke jalan yang benar,masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri,belum terlambat jika kita terus berusaha untuk taat dan menjauhi maksiat. Mulailah dari  memperbaiki shalat,menyempurnakan hijab,memperbanyak tilawah dan mulai sedikit demi sedikit membenahi apa yang perlu diperbaiki dan meninggalkan sesuatu yang mengarah pada kemaksiatan. Jangan sampai menyesal kelak ketika kita hari perhitungan amal kita. Semangat berhijrah!semangat perubahan! . Hamasah J

The Power of "Liqo"


       Secara bahasa halaqah artinya lingkaran dan liqo` artinya pertemuan. Secara istilah halaqah berarti pengajian dimana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam bahasa lain bisa juga disebut majelis taklim, atau forum yang bersifat ilmiyah. Istilah halaqah dan liqo di Indonesia umumnya sering dikaitkan dengan pengajian dalam format kelompok kecil antar 5 s/d 10 orang, dimana ada satu orang yang bertindak sebagai narasumber yang sering diistilahkan dengan murabbi / pembina. Itu penjelasan singkat mengenai apa itu liqo.
Namun lebih dari itu,liqo punya makna tersendiri untukku,pertama kali aku liqo kelas 3 smp bersama dengan anak-anak perumahanku,karna ibuku juga liqo jadi aku disuruh ikut dengan kelompok anak-anak temen seliqoannya ibu. Awal liqo sih ngrasa biasa aja, ga ada kesan karna mungkin aku terpaksa dan ga dari kesadaran diri sendiri, dan mungkin masih jaman-jamannya labil gitulah, liqo di perumahan pun gak langgeng karna kesibukan masing-masing, juga pas itu murabbi lagi kkn jadi ya mandeg gitu aja.
Lanjut habis aku lulus smp terus masuk smanda, lagi-lagi ibu nyuruh aku buat ikut rohisnya, katanya disitu ada liqoannya juga makannya ibu nyuruh-nyuruh aku terus biar bisa liqo lagi. Aku yg waktu itu masih ingusan,masih alay,masih belum sadar dan masih kering dari ilmu agama terus menolak karna basicnya dari tk-sma ga pernah skolah di it jadi ya ga tertarik sama yang gitu-gituan,dan ngliat anak-anak rohis itu alim banget jadi ngrasa masih belum siap aja. Singkat cerita selama kelas satu sma, ibu belum berhasil ngrayu aku buat ikut liqo, mungkin belum diberi hidayah juga sama Allah. Jadi aku melewatkan satu taun di sma dengan alay-alayan ala anak yg baru sma gitulah.
 Dan pada suatu hari pas kenaikan kelas 2, karna berkali-kali ibu ngrayu aku terus buat ikut liqo sampe pada akhirnya aku luluh juga,mungkin Allah mulai membukakan jalan untukku. Kebetulan murabbi nya ibu kenal sama murabbi yang ngajar di smanda,makanya aku minta dikenalin dulu sama murabbinya, selang beberapa hari, ga nunggu lama-lama murabbi yg namanya mbak lilis dateng kerumahku, betapa pedulinya ya,Subhanallah :'). Dan lagi-lagi Allah semakin memudahkan aku untuk memulai menuju jalan-Nya,ternyata pas kelas dua aku dipertemukan sama anak rohis yg jadi temen sebangku ku,Dwi namanya.padahal kita belum pernah kenal sebelumnya, tapi ya langsung sebangku gitu aja. Kebetulan banget dia juga ikut liqo dan pas proses pengelompokkan,kita bisa sekelompok liqo bareng. Dan Alhamdulillahnya lagi temenku yg namanya Dewi mau aja gitu aku ajak liqo, MasyaAllah itulah cara Allah membimbingku untuk bisa memperbaiki diri,melalui beberapa perantara terutama peran ibu yang terus berusaha untuk membimbing putri satu-satunya ini.
Dan sejak kelas dua itulah aku mulai liqo lagi dengan murabbi yg paling care sama adek-adek binaanya. Sejak itu pula aku ikut rohis karna kebetulan temen sekelasku ada beberapa orang yg udah ikut rohis juga. Seiring perjalanan liqo, membawa pengaruh yg bisa dibilang cukup besar buat perjalanan hijrahku dari smp yang ga pake hijab,terus sma yg masih belajar pake hijab,dan banyak perubahan-perubahan yang susah diungkapain pake kata-kata hehe. Tapi ya dulu sering males-malesan gitulah kalo mau liqo, Alhamdulillah punya murabbi yg super sabar buat selalu ngingetin dan kasih semangat buat dateng liqo. Meskipun kadang kalo lagi ngantuk dan capek, sambil tiduran sambil riyip-riyip ditambah kalo di masjid lantai 2 itu anginnya sepoi-sepoi, jadi ya makin kayak pengantar tidur aja itu ceramahnya,jahaat ya,afwan mbak :(
Semenjak ikut liqo dan ikut rohis yg awalnya aku juga minder gabung sama mereka-mereka yg keliatannya alim gitu,tapi lama-kelamaan bisa berbaur juga sama mereka dan seneng punya temen-temen yang selalu ngajak dalam kebaikan dan semakin namabah wawasan ku tentang ilmu agama,mereka juga ga se kalem yang aku kira, ya yang namanya cewek pada dasarnya emang rempong dan rumpi wkwk.
 Dan sedikit demi sedikit mulai ngerubah mindsetku meskipun belum secara keseluruhan,setidaknya udah jauh lebih baik dari yang dulu, udah mulai bisa bersyukur , udah mulai berprinsip kalo ga mau pacaran dulu ya walopun sempet naksir kakak kelas juga sih wkwk, udah mulai ngerti kalo pake krudung tu ya harus nutupin dada meskipun dulu masih sering pake krudung paris terus cuman dislempangin gitu aja atau pake krudung yang ala-ala hijabers gitulah :( dan ngerti banyak hal yang sebelumnya aku ga tau.
Oke perjalanan liqo ku belum selesei, lulus sma bukan brati berhenti liqo. Alhamdulillah masih diberi nikmat kesempatan dan nikmat waktu untuk terus bisa mendatangi majelis ilmu, sedih sih murabbinya ga mbak lilis lagi, tapi ternyata dipertemukan dengan murabbi yg ga kalah hebat juga,udah nikah udah punya anak 3 tapi tetep bisa membagi waktu buat ngisi liqo anak-anak binaanya,cara penyampaiannya pun ngena banget di hati dan pengetahuan nya lebih luas juga, Subhanallah :")
Dan sekarang ini aku kuliah di polines,lagi-lagi aku juga dipertemukan dengan murabbi dan temen-temen yang luar biasa pula. Murabbi di kampusku emang akhwat tangguh menurutku, semangat dakwahnya tinggi dan dia aktivis dakwah yang luar biasa, bisa jadi inspirasi lah pokoknya. Entah kenapa liqo di kampus juga kerasa lebih beda dari liqo pas sma dulu, lebih dalem,lebih ngena,dan lebih jleb di hati, bahkan ga pernah ngantuk selama liqo padahal jam liqo itu jam-jamnya ngantuk dan capek karna habis kuliah pulang malem juga, tapi Alhamdulillah selalu ngrasa semangat satu semester ini tiap liqo mungkin karna di dukung dengan penyampaian murabbi yang menarik jadi bisa lebih masuk di hati juga di tambah temen-temen se-liqoan yang subhanallah banget, kita ngasih nama liqoan kita #laskarfirdausi ,semangat ibadah dan semangat dakwah mereka luar bisasa, kadang aku ngrasa kok aku cuman “gini-gini aja”, pengen kayak mereka yang penampilannya udah kayak muslimah beneran,pake krudung gede gitu, kapan aku bisa pake kerudung sepanjang mereka,kapan aku ga mikirin lagi komentar orang-orang,kapan aku bisa siap?ga cuman bilang “ini proses”. Ya semoga Allah memudahkan aku buat lebih bisa menyempurnakan hijabku lagi.
Liqo buat aku ga sekedar dateng duduk dengerin terus pulang, jauh lebih dari itu, liqo itu udah jadi kayak wisata hati buat aku,charger keimananku kalo lagi drop,amunisi buat nambah semangat dan reminder buat aku kalo keimananku ini “masih belum seberapa”,masih kurang banget pengetahuan tentang sirah nabi, masih males buat hafalan atau kadang masih kebablasan ga bangun buat qiyamul lail,masih kurang bersyukur sama nikmat yang Allah berikan,dan masih buanyaaak lagi yang harus dikoreksi dan harus diperbaiki. Liqo bukan kewajiban tapi kebutuhan, kebutuhan hati, kebutuhan ilmu.Liqo mengisi hati yang kering dari ilmu.Bahkan rasanya rindu jika beberapa minggu tidak bisa datang liqo. Mungkin baru kali ini aku merasakan kecanduan “liqo” setelah 3 tahun aku liqo, dan betapa bersyukurnya aku menjadi orang yang dipilih Allah untuk bisa menimba ilmu agama-Nya,jika banyak diantara anak muda lainnya yang bahagia dengan hidup mereka yang hura-hura dengan mengedepankan sifat hedonisme tanpa bisa merasakan betapa nikmatnya liqo itu.
Kalo kata murabbiku “dari sekian ribu orang di kampusmu saja,atau dari sekian ratus murid di sekolah,berapa dari mereka yang mau ikut liqo, adakah 10% nya ikut liqo?,dan dari sekian dari mereka yang ikut liqo berapa dari mereka yang masih bertahan untuk tetap liqo,dan dari mereka yang bertahan untuk liqo hanya segelintir orang saja yang bisa benar-benar menjadi murabbi”
Jadi betapa bersyukurnya aku menjadi salah satu orang dari sekian banyak orang yang diketuk pintu hati oleh Allah untuk bisa mendatangi majelis kebaikan,untuk bisa merasakan manfaat liqo dalam semangat perubahan,untuk bisa sedikit demi sedikit menimba ilmu dari yang murabbi sampaikan, aku sangat berharap semoga Allah terus memudahkan aku untuk istiqomah di jalan-Nya, semoga Allah bisa selalu memberi kesempatan untuk tak bosan-bosannya mendatangi majelis ilmu, majelis kebaikan dimana di dalamnya terdapat beribu-ribu manfaat untuk proses perubahan diri menjadi yang lebih baik, dan betapa nikmat yang paling berharga adalah nikmat iman, semoga aku bisa menggunakan nikmat-nikmat yang Allah untuk hal yang bermanfaat. Dan semoga Allah mengizinkan aku untuk terus berada dalam lingkaran-lingakaran kebaikan itu sampe akhir hayat nanti,Aamiin :)

Rabu, 22 Januari 2014

Antara Pesimis Dan Realistis

Entah seberapa erat hubungan antara keduanya, saya hanya bisa menerjemahkan dalam berbagai penganalogian. Diawali dari kata ‘pesimis’ , mungkin kata ‘itu’ sudah tak asing lagi bagi kita, khususnya bagi para pelajar yang sedang mempertaruhkan kepandaian mereka demi nilai yang mereka targetkan. Contoh kecilnya saat mereka akan ulangan harian namun mereka tidak belajar,mereka akan melontarkan kalimat ‘’beluuum siap beluuum belajar” nah dari kalimat itu mengandung makna pesimis, bahwa mereka tidak berusaha dan takut kalah sebelum berperang,akhirnya kalimat tadi menjadi sugesti untuk diri mereka sendiri bahwa mereka tidak bisa mengerjakan. Tak heran jika hasilnya pun juga akan mengecewakan dan semakin membuat mereka menjadi ‘pesimis’.
Setelah satu kali merasa pesimis pasti akan merasa pesimis yang berkelanjutan pula.jadi apa itu pesimis ? menurut saya pesimis itu rasa keputusasaan sebelum berjuang karena kurangnya usaha yang maksimal, atau bisa dikataakan perasaan takut untuk menghadapi kenyataan pahit. Berbeda dengan realistis , realistis itu menerima keadaan,meyakini kalo memang seperti itu keadaanya,percaya kalau memang itu jalan terbaik dari Allah tentang takdirnya.realistis itu berawal dari rasa optimis dan perjuanagan panjang namun berujung kegagalan dan kekecewaan karena keadaan,namun tidak menyalahkan keadaan dan berpikir bahwa keadaan itu adalah suatu takdir dari Yang Maha Kuasa. Realistis itu tahu diri,tahu situasi dan tahu kondisi. Ketika memang sangat tidak mungkin untuk diteruskan orang yang realistis akan berhenti dan menjalani apa yang sudah ditakdirkan. Memang terkadang orang yang realistis itu terlihat seperti orang yang pesimis padahal sebenarnya dia mempertimbangkan keadaan,dia terlihat putus asa padahal sebenarnya dia melihat kenyataan,dia berhenti bukan karena menyerah namun menyadari bahwa itu bukan jalannya.orang yag realistis itu bukan ingin melepaskan impiannya namun menahan egonya.
Lalu hubungan antara realistis dan pesimis itu sendiri seperti apa? Begini,realistis dan pesimis itu sama-sama mengalami kekecewaan atau keputusasaan namun jika pesimis itu adalah rasa putus asa dalam arti menyerah dan merasa disudutkan oleh keadaan dan kenyataan pahit,berbeda dengan realistis, realistis itu perasaan kecewa namun kecewanya itu bukan bermaksud untuk menghakimi diri sendiri atau menyalahkan orang lain melainkan menyadari adanya kenyataan yang telah ditakdirkan. Kita ambil contoh ketika seorang pelajar yang baru saja lulus SMA dan ingin melanjutkan ke bangku perkuliahan kita sebut pelajar tersebut si B. Dia ingin menjadi pelukis namun orang tua nya tidak menyetujui jika dia menjadi pelukis dan mengharuskan si B tadi untuk menjadi arsitek. Si B tetap berjuang untuk mengejar cita-citanya menjadi pelukis dengan berbagai cara, salah satunya dengan membujuk orang tuanya agar mengijinkan si B untuk sekolah melukis,tak jarang si B tadi brontak dan mencoba melarikan diri untuk sekolah melukis,namun pada akhirnya dia putus asa untuk menjadi seorang pelukis karena disisi lain si B menyadari bahwa dia tidak bisa menggapai cita-citanya tanpa izin dari kedua orang tuanya dan dia mencoba untuk bersekolah di jurusan arsitek sesuai kemauan orang tuanya.apakah tindakan si B tersebut termasuk tindakan yang realistis?rancu memang, sangat tipis perbedaan apakah si B tadi ‘pesimis’ atau ‘realistis’ karena kelihatannya dia sudah pesimis untuk menjadi seorang pelukis, dia sudah putus asa namun disini si B melepaskan impiannya dan menahan egonya karena kenyataan, kenyataan yang menyebutkan bahwa dia ditakdirkan bukan menjadi seorang pelukis karena keluarga yang tidak mendukungnya.
Contoh lain misalnya si A yang punya impian untuk menjadi dosen fisika, namun pada kenyataannya si A belum begitu menguasai materi fisika, si A sudah mencoba untuk memperdalam ilmu fisika namun belum maksimal dan sampai sekarang pun si A masih belum mahir dalam ilmu fiska,karena fisika itu butuh logika sedangkan daya logika si A kurang,ketika si A berada pada keadaan seperti itu,terlalu ambigu memang, apakah si A harus melanjutkan apa yang saya impikan atau memilih yang lain yang sesuai dengan kemampuan saya ? apakah si A termasuk yang ‘pesimis’ atau yang ‘realistis’? entahlah.
Antara pesimis dan realistis jika dilihat dari teori memang terlihat jelas berbeda namun jika sudah dihadapkan pada kenyataan hidup, pesimis dan realistis akan terlihat ambigu dan terlihat sangat tipis perbedaanya. Realistis akan terlihat pesimis begitu pula sebaliknya.


Menjadi Berbeda Ketika yang Lain Tak Sama



o   Menjadi berbeda ketika harus berusaha | sementara yang lain asik bercanda
o   Menjadi berbeda ketika shalat dhuha di masjid | sementara yang lain makan di kantin
o   Menjadi berbeda ketika menangis karena dosa | sementara yang lain menangis karena cinta
o   Menjadi berbeda ketika berusaha mensyar'ikan jilbab | sementara yang lain asik berdandan dengan fashion style yang tak beradab
o   Menjadi berbeda ketika mengikuti kajian | sementara yang lain asik pacaran
o   Menjadi berbeda ketika meluangkan waktu untuk liqo | sementara yang lain menghabiskan uang untuk membeli rokok
o   Menjadi berbeda ketika mengeluarkan uang untuk beramal | sementara yang lain membelanjakan uang untuk ngemall
o   Menjadi berbeda ketika menjaga agar shalat tepat waktu | sementara yang lain menunda karena alasan ini itu
o   Menjadi berbeda ketika harus menjaga nafsu | sementara yg lain mengumbar nafsu .
o   Menjadi berbeda ketika harus berusaha menjaga lisan ketika yang lain sibuk menggunjing tanpa bosan
o   Menjadi berbeda ketika bekerja jujur saat mengerjakan UAS |
Sementara yang lain dengan santainya menyontek tanpa merasa berdosa
Menjadi berbeda ketika yang lain tak sama
Menjadi berbeda ketika harus membiasakan yang benar bukan membenarkan yg biasa.
Maka dari itu untuk selalu istiqomah berada di jalan-Nya bukanlah suatu hal yg mudah, butuh perjuangan untuk menapaki setiap kerikil-kerikil tajam yang menusuk kaki dalam melangkah, atau bahkan badai besar yang menggoyahkan seluruh tubuh ini sehingga sulit untu terbangun lagi, atau bisikan-bisikan lembut yang menggiurkan nafsu dan menggelitik hati yg pelan-pelan meruntuhkan keimanan seseorang. Dan sepertinya aku berada didalamnya, aku rasa aku juga masih belum bisa untuk selalu istiqomah, masih sering tergiur nafsu dunia, Astaghfirullahaladzim.Masih sangat jauh dari mereka-mereka yang jauh lebih semangat untuk mengejar urusan akhirat.
Aku tahu aku salah, aku sering melenceng dari jalan kebenaran. Jika boleh memilih,aku ingin berada dalam lingkungan yg selalu menguatkanku dalam keimanan, selalu dalam lingkungan dimana aku bisa selalu dipertemukan dengan  mereka-mereka yang rajin mengikuti majelis ilmu, aku ingin bersama mereka-mereka yang selalu menjaga shalat tepat waktu,mereka-mereka yang rajin melakukan shalat dhuha,shalat rawatib,dan selalu bangun dalam sepertiga malam untuk melakukan qiyamulail, mereka-mereka yg tak pernah letih untuk terus berusaha menghafal Al-Quran,mereka-mereka yang berusaha untuk mensyar’ikan hijabnya,menjaga pandangannya,intinya mereka-mereka yg selalu menyeretku pada pintu kebaikan.Namun itu hanyalah sebatas keinginan,bila pada realitasnya Allah lebih sering mempertemukan aku dengan orang-orang yang mungkin bisa dikatakan agak jauh dari sentuhan agama,aku mencoba untuk tetap bersyukur mungkin itu jadi ujian keimanan seberapa kuat bisa tetap istiqomah. Terkadang menjadi yang minoritas memang sedikit kurang nyaman,namun aku ingat pada satu ayat ini “Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana munculnya. Karena itu, beruntunglah orang-orang yang ‘asing’.” (HR Muslim).
Terkadang aku merasa menjadi sedikit aneh,misalnya bila harus berusaha memanjangkan jilbab,memakai rok dan kaos kaki ketika di sekitarku mayoritas banyak yang memakai jeans ketat atau pakaian yang agak nerawang,menerima komentar dari mereka tentang penampilanku itu cukup jadi bahan renungan buat aku,mungkin inilah orang ‘asing’ itu,justru inilah identitasku sebagai seorang muslimah yang memang berbeda dari kebanyakan perempuan lain yang banyak mengumbar aurat mereka,berat memang tapi aku tahu jika aku berhasil melewati jalan lurus ini,surga hadiahnya.
Memang benar, berbaur tapi tidak melebur. Itu pr besar untuk aku. Boleh berbaur dengan siapapun namun satu yang dipegang,prinsip tak boleh lepas dari genggaman. Tak boleh melebur dengan iming-iming dunia semata.
Meskipun melawan arus tak semudah yang dikata orang karena terbawa arus lebih terasa ‘nyaman’ dan ‘aman’,meskipun mewarnai kebaikan tak semudah menambahkan garam dalam larutan,karena jika terkena dengan warna yang dominan,warna yang lain cepat larut didalamnya. Namun aku masih terus berusaha untuk menguatkan niatku berada dalam jalan yg lurus,jalan menuju surga-Nya.
 












Sabtu, 18 Januari 2014

Nunggu Apa Lagi ? Hijab Tanpa Nanti Hijab Tanpa Tapi


Kamu selalu terlihat cantik,namun cantikmu tidak untuk kau umbar ke semua orang. Kamu akan terlihat lebih cantik dengan kesederhanaan.
Rambutmu tidak untuk kau urai kesemua lelaki, kulit putihmu tidak untuk kau perlihatkan. lekuk tubuhmu seharusnya kau sembunyikan.
Nunggu apa lagi?
Bukankah sudah diperintahkan secara jelas dalam QS. An-Nur ayat 31
Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka, atau bapa mentua mereka, atau anak-anak mereka, atau anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya.(QS.An-Nur ayat 31)
lalu mengapa masih malu?
lalu mengapa kata "belum siap" itu jadi jawaban yg klise.You can't wait any longer girls. katanya ingin menjadi wanita sholehah.
 Memang menutup aurat bukan jaminan nggak pernah bebuat dosa, akan tetapi menutup aurat sudah pasti mengurangi dosa. Minimal telah menggugurkan kewajiban menutup aurat.
          Berjilbab belum tentu baik imannya,Akan tetapi wanita yang baik iman sudah pasti berjilbab bukan?
          Berjilbab nggak jaminan selalu dekat dengan Allah,akan tetapi yang pasti ia ingin mendekat kepada Allah
Jangan mencari pembenaran dengan perkataan "hatinya dulu yang dihijabi" atau "percuma kalo berhijab tapi kelakuannya masih berantakan" atau yg lebih seringnya "kalo belum siap ya jangan dulu,butuh proseslah"
Siap tidak siap hijab itu merupakan sebuah kewajiban bagi semua muslimah tanpa terkecuali. Hijab itu kewajiban bukan kesiapan.
berhijab sembari menghijabi hati bukankah lebih indah.
Wahai anakku Fatimah! Adapun.perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam Neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.(Petikan dari Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim.)
Jangan banyak menunggu,kau tak tahu berapa lama lagi waktumu.jangan banyak menunda,kewajiban itu bukan untuk ditunda.jangan banyak tapi,tidak ada alasan lain untuk berhijab meskipun sekolahmu,atau tempat kerjamu sekalipun orang tuamu melarangmu, dahulukan Allah diatas mereka,jgn takut kepada mereka takutlah pada Allah. Karena hijab adalah perintah-Nya. Masihkan berani merindukan surga-Nya sedang aurat saja masih diiumbar.
Nunggu apa lagi ?
Hijab tanpa nanti, Hijab tanpa tapi sebelum engkau dihijabi J

Powered By Blogger

Followers