Bila
cinta adalah waktu, maka ia akan menghabiskan
setiap detik bersama dengan apa yang dicintainya.
setiap detik bersama dengan apa yang dicintainya.
Bila
cinta adalah ilmu, maka ia akan senantiasa mempelajari apa yang dicintainya
Bila
cinta adalah rindu, maka ia akan menunggu setiap waktu hanya untuk bertemu
dengan apa yang dicintainya
Namun…
bila cinta adalah fitrah, maka ketika itulah cinta-Nya menyapa kepada manusia,
makhluk-Nya yang paling sempurna.
Hal ini telah tertuang dalam firman-Nya dalam QS. Ali-Imran : 14
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
Ketika cinta-Nya menyapa ,Dia akan menghadirkan rasa
cinta sebagai fitrah manusia. Dia akan menjadikan setiap apa yang dipandang
manusia terasa indah seperti pada ayat diatas.
Lalu bagaimana agar kita menjadikan
cinta itu sebagai suatu ketaatan untuk beriman kepada-Nya?
Menurut
Ibnu Qayyim ada enam tingkatan cinta dalam Islam, yaitu :
1. Peringkat pertama adalah Tatayyum
Ini merupakan tingkatan cinta yang paling
tinggi dan merupakan hak ALLAH SWT
“Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan- tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah : 65).
Kalau kata Ust.
Yusuf Mansyur, Allah dulu,Allah lagi,Allah terus. Allah-lah yang paling utama
tiada tandingan,tak ada bandingan.Cinta kita kepada-Nya harus menjadi puncak
dari segala cinta yang kita miliki.
2.
Peringkat kedua adalah ‘Isyk
Cinta ini yang
merupakan haknya Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat,
patuh, ingin selalu membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, namun, bukan
untuk menghambakan diri kepadanya. Kita rindu berjumpa dengannya karena
kemuliaan yanga ada pada diri beliau.
“Katakanlah:
‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS. Ali-Imran : 31)
3.
Peringkat ketiga adalah Syauq
Yakni cinta antara mukmin dengan mukmin
lainnya. Antara suami isteri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah
wa rahmah.
4.
Peringkat ke empat adalah Shababah
Yaitu cinta
sesama muslim yang melahirkan ukhuwah Islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah
kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga.
Bila cinta ini ada, Insya Allah segala perbedaan bisa disinergiskan.
5.
Peringkat kelima ‘Ithf (simpati)
Cinta ini
ditujukan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan
kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah
berdakwah. Karena bila dakwah adalah cinta, dia akan meminta semua darimu.
Senyummu, tangismu menjadi bagian darinya. Dan hanya orang-orang yang
terpilihlah yang bisa merasakan manisnya dakwah dalam dekapan ukhuwah.
6.
Peringkat keenam adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta
atau keinginan selain kepada manusia : harta benda.Cinta jenis ini pula
yang sering menggelincirkan manusia. Karena sifat harta memang selalu
melenakan. Namun, bila kita cerdas, banyaknya harta benda seharusnya tidak
menjadikan kita terlena. Sebaliknya, ia hanya menjadi sarana untuk beramal dan
bersedekah demi menggapai Ridho-Nya.
Jika
dilihat dari 6 tingkatan cinta diatas, sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna
kita harus bisa menyempurnakan cinta
yang diberikan oleh-Nya dengan menempatkan porsi cinta kita sesuai pada tingkatannya,dan
menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya seperti disebutkan
dalam Hadist berikut :
“Tiga
hal,barang siapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman.(yaitu)
menjadikan
Allah
dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya,mencintai seseorang semata-mata
karena Allah,dan Benci kembali kepada kekufuran sebagaimana benci nya ia jika
dilempar ke dalam api neraka”(HR.Bukhari).
Dan
jangan sampai kita mensejajarkan cinta kita kepada-Nya dengan suatu makhluk
apapun seperti dalam firman-Nya :
“Demi Allah, dahulu kami di dunia berada dalam
kesesatan yang nyata, karena kami mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam.”
(QS. Asy-Syu’araa’ : 97-98).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar